PM Turki: Kerusuh Bukan Bentuk "Turkish Spring"

Kerusuhan yang terjadi di Turki (Foto: AP)
             Kerusuhan yang terjadi di Turki
 
ISTANBUL - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan protes yang memasuki hari keempat di negaranya, bukan lah bentuk aksi "Turkish Spring". Baginya, protes yang terjadi tidak akan merebak menjadi seperti yang dialami oleh Mesir dan Libya.

Protes yang terjadi di Turki berlangsung sejak Jumat 31 Mei itu dipicu rencana penggusuran Taman Gezi di Lapangan Taksim, Istanbul. Demonstrasi yang sebelumnya merupakan protes damai berubah menjadi kerusuhan setelah pihak kepolisian mengambil tindakan represif terhadap pendemo.

Sebelum berangkat ke Maroko, PM Erdogan menuduh ada pihak lain yang bermain dalam protes ini. Dirinya mencurigai ada campur tangan asing dalam aksi tersebut.

"Mereka yang hadir dalam protes ini, diorganisir oleh ekstrimis. Ini bukan tentang Taman Gezi lagi. Ini adalah protes terorganisir yang terafiliasi di Turki dan di luar negeri," ujar Erdogan, seperti dikutip BBC, Senin (3/6/2013).

"Partai oposisi CHP memprovokasi warga saya yang tidak berdosa. Mereka yang menyebut peristiwa ini sebagai Turkis Spring, tidak mengerti Turki secara keseluruhan," tegasnya.

Namun warga menuduh Pemerintah Turki berubah menjadi sebuah pemerintah yang otoriter. Banyak dari mereka merasa khawatir bahwa nilai-nilai hukum Islam akan dimasukan oleh Kementerian Kehakiman Turki, untuk dijadikan hukum utama.

Hingga saat ini sekira 1.700 orang ditangkap atas dugaan kaitan protes tersebut. Sementara kerusuhan sendiri sempat menyebar ke 67 kota lainnya.

Insiden yang terjadi di Turki mengundang kecaman dari banyak pihak. Salah satu yang memberikan kecaman adalah Suriah. Negeri yang tengah dilanda perang saudara itu menerapkan travel warning bagi warganya yang ingin mengunjungi Turki.

Kecaman juga muncul dari Uni Eropa. Ketua Komite Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, mengecam Tindakan represif yang dilakukan oleh polisi Turki di beberapa kota. Ashton meminta kedua belah pihak yang berseteru untuk menahan diri menghindari kekerasan.

sumber: http://international.okezone.com

Comments